Novel Hidden Reality Of Live Karya M. Anwar Ramdhani Beli Buku !

Cerpen "Pintu Kecil Rumah"


Hari itu, saat sedang libur semester, matahari bersinar terang memancarkan kasih yang begitu cerah. Kicauan burung-burung yang sedang mengelilingi atap kamar, kini tergantikan oleh suara langkah kaki para mahasiswa yang baru menyambut pagi di asrama tersebut. 

Revina, si perempuan brutal, adalah salah satu mahasiswi Univetsitas Hangu jurusan ilmu psikologi. Walaupun kelakuannya jauh dari kata kalem dan anggun, dirinya merupakan peraih beasiswa dan dikenal sebagai mahasiswi yang pintar serta berbakat dalam bidang melukis. 

Liburan semester kali ini berbeda bagi Revina. Ia diajak oleh keluarganya untuk berlibur ke vila keluarga yang terletak di daerah terpencil. Jauh dari keramaian kota, vila tersebut dikelilingi oleh hutan lebat dan pegunungan tinggi. Suasana di vila terasa begitu sunyi dan damai, hanya terdengar suara kicauan burung dan gemerisik dedaunan. 

"Wah, udaranya sejuk sekali," kata Revina sambil menghirup udara segar. "Pemandangannya juga indah sekali."

"Iya, memang," sahut ayah Revina. "Vila ini memang tempat yang tepat untuk beristirahat dan menenangkan pikiran."

Revina dan keluarganya pun mulai menjelajahi vila. Vila tersebut cukup besar dan memiliki banyak ruangan. Di ruang tamu, terdapat sofa besar dan televisi yang terpasang di dinding. Di dapur, terdapat peralatan masak yang lengkap dan meja makan yang besar. Di kamar tidur, terdapat tempat tidur yang nyaman dan lemari pakaian yang besar.

"Vila ini benar-benar luas," kata Revina. "Sepertinya aku akan betah berlama-lama di sini."

"Iya, silakan saja," kata ibu Revina. "Anggap saja ini rumahmu sendiri."

Revina dan keluarganya pun mulai berbenah diri dan menata barang bawaan mereka. Setelah itu, mereka pun mulai bersantai dan menikmati suasana vila yang tenang dan damai.

Namun, ketenangan tersebut tidak berlangsung lama. Suatu malam, Revina terbangun karena mendengar suara aneh. Suara tersebut seperti suara tangisan pilu yang berasal dari suatu tempat yang tidak diketahui. Revina pun merasa ketakutan dan tidak bisa tidur kembali.

"Ada apa, Vin?" tanya ayah Revina yang melihat Revina tidak bisa tidur.

"Aku mendengar suara aneh, Ayah," kata Revina dengan suara gemetar. "Seperti suara tangisan."

Ayah Revina pun mencoba untuk menenangkan Revina. Ia mengatakan bahwa mungkin suara tersebut hanya suara angin atau suara binatang. Namun, Revina tidak bisa menghilangkan rasa takutnya. Ia pun terus terbayang-bayang dengan suara tangisan pilu tersebut.

Keesokan harinya, Revina menceritakan kejadian tersebut kepada ibu dan kakaknya. Mereka pun merasa bahwa Revina hanya sedang halusinasi sebab kecapean selama di perjalanan. Revina masih tetap bersikukuh dengan ceritanya semalam, dirinya merasa bahwa itu bukan halusinasi, tetapi memang sungguh kejadian nyata. 

Hari-hari pun berlalu begitu saja. Di hari ke empat, dirinya tidak lagi mengalami gangguan. Ia merasa bahwa memang benar apa yang dikatakan oleh sang ibu, yaitu dirinya kecapean. Ia juga sebetulnya tidak terlalu percaya dengan hal ghaib, karena tidak bisa diterima oleh psikologi. 

Ia menjalani liburan di villa tersebut dengan tenang bersama keluarganya. Dalam suatu waktu, ia bermain petak umpet dan kejar kejaran di halaman belakang vilaa sembari menemani sang ayah memancing. Sang ibu yang duduk dari kejauhan hanya bisa tertawa melihat Revina kalah karena selalu tertangkap oleh sang kakak.  

Setelah menikmati momen indah itu, di malam harinya, Revina merasakan keanehan. Tidak biasanya suasana vila terasa begitu sunyi dan dingin. Suara angin menderu di antara pepohonan terdengar seperti bisikan-bisikan misterius. Di malam hari, Revina sering terbangun karena suara ketukan di jendela kamarnya. Ia pun merasakan hawa dingin yang menusuk, seolah ada yang mengikutinya.

Hari-hari berikutnya, gangguan semakin parah. Revina melihat bayangan-bayangan aneh di sudut matanya, dan benda-benda di kamarnya sering berpindah tempat. Ia juga mendengar suara tangisan pilu di tengah malam. Rasa takut mulai menyelimuti dirinya.

Suatu malam, saat Revina sedang menjelajahi vila, ia menemukan sebuah pintu tersembunyi di balik sebuah lukisan tua. Rasa penasaran membawanya untuk membuka pintu tersebut. Di balik pintu itu, Revina menemukan sebuah ruangan rahasia yang penuh dengan debu dan barang-barang antik. Di tengah ruangan, terdapat sebuah peti mati kayu tua yang terkunci.

Dengan rasa gemetar, Revina membuka peti mati tersebut. Di dalamnya, ia menemukan sebuah buku diary kuno yang penuh dengan tulisan tangan yang rapi. Revina mulai membaca diary tersebut, dan ia pun tercengang dengan apa yang ia temukan.

Diary tersebut menceritakan kisah seorang gadis bernama Larasati yang dahulu tinggal di vila tersebut. Larasati adalah seorang gadis yang cantik dan baik hati, namun ia memiliki seorang ayah yang kejam dan bengis. Ayahnya sering menyiksanya, dan suatu hari, Larasati dibunuh oleh ayahnya dengan kejam. 

Revina tersadar bahwa arwah Larasati masih gentayangan di vila tersebut. Ia pun langsung lari keluar dari ruangan tersebut dan mencari sang ayah. Tetapi, dirinya baru sadar bahwa keluarganya telah menghilang entah kemana. 

Suara pintu itu kembali terdengar, membuat Larasati yang mulai menampakan dirinya membuat Revina lari keluar rumah, berusaha meninggalkan villa itu. Dia berusaha teriak meminta pertolongan kepada orang sekitar, tetapi hanya melihat sang kakak berdiri dari kejauhan dengan ekspresi wajah menyeramkan.

Revina masih berlari menuruni jalan yang curam, tanpa sadar Larasati telah menunggu di bawah tangga. Saat Revina menyadari kehadiran sosok itu, dia kembali menaiki tangga dan tanpa sengaja BRUKKK... ia terjatuh dari kasurnya.

Baru saat itu dia tersadar bahwa selama ini dia hanya bermimpi di asrama. Kejadian di villa terasa sangat nyata, seperti bukan mimpi. Revina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri setelah mengalami mimpi buruk.

"Sial..., seperti nyata mimpi tadi," ujar Revina, masih ngos-ngosan.

Sejak saat itu, gangguan kepada Revina menjadi nyata. Dia dihantui bayang-bayang Larasati dan sesekali mendapatkan teror saat di asrama. Hingga suatu malam, Larasati membisiki telinga Revina sambil berkata, "Aku temani kamu tidur ya."

Getting Info...

About the Author

Seorang Pelajar Yang Mencurahkan Isi Pikirannya Dengan Cara Nulis Di Website

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Menggunakan Bahasa Yang Sopan (Bahasa Kasar, Spam, Iklan, Ataupun Tautan, Tidak Kami Izinkan)
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.